Pemilu Presiden: Refleksi Wawasan Kebangsaan dalam Bingkai Demokrasi

Penulis: Muhammad Yanuar Wiranu. (Iba/Dok. Pribadi)

Oleh: Muhammad Yanuar Wiranu*

Pemilihan Umum Presiden: Cerminan kebangsaan dalam kerangka demokrasi
dalam perjalanan suatu bangsa, pemilihan umum (Pemilu) Presiden menjadi momen krusial yang tidak hanya mencerminkan praktik demokrasi, tetapi juga mengukuhkan prinsip-prinsip wawasan kebangsaan.

Wawasan kebangsaan, yang menganut semangat persatuan, keberagaman dan cita-cita nasional, seharusnya menjadi pijakan utama dalam pelaksanaan pemilu. Namun, ketika melihat lebih dalam, realitas di lapangan seringkali menghadirkan tantangan serta refleksi kritis terhadap pemilihan presiden dalam konteks demokrasi dan idealisme kebangsaan.

Pemilihan Sebagai Panggung Persatuan atau Pemecahan?

Dalam teori, pemilihan presiden diharapkan menjadi wadah dimana warga negara bersatu untuk menentukan arah dan masa depan bangsa. Namun, dalam praktiknya, seringkali terjadi polarisasi yang tajam dalam masyarakat. Kampanye yang berfokus pada identitas etnis, agama atau golongan tertentu mungkin secara tidak langsung memperdalam jurang kesatuan nasional.

Pada titik ini, pemilihan tidak sekadar mencerminkan kondisi demokrasi, tetapi juga menjadi ujian bagi ketahanan wawasan kebangsaan kita.

Keragaman Pendapat: Anugerah atau Kelemahan?

Keragaman Indonesia sering dianggap sebagai salah satu kekuatan utamanya. Dengan beragamnya suku, budaya, agama dan pandangan politik, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling beraneka ragam di dunia.

Namun, dalam konteks pemilihan presiden, terutama pada tahun ini, keragaman pendapat seringkali diartikan sebagai hambatan yang mengganggu proses demokrasi yang seharusnya memadukan berbagai perspektif untuk mencapai keputusan bersama.

Sebagian besar masyarakat Indonesia sepakat bahwa pertarungan ide yang sehat adalah inti dari demokrasi yang berfungsi dengan baik. Namun, ketika perdebatan politik dipenuhi dengan kampanye negatif, penyebaran berita palsu yang merusak reputasi dan penyebaran kebencian yang memicu konflik sosial, keragaman pendapat itu sendiri bisa menjadi sumber disintegrasi sosial.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa perbedaan pendapat adalah bagian integral dari wawasan kebangsaan yang menghargai pluralitas. Menjadi dewasa dalam menanggapi perbedaan pendapat, menghormati sudut pandang yang beragam, dan berkomitmen untuk memperkuat kesatuan di tengah keragaman adalah langkah-langkah penting dalam memastikan bahwa keragaman Indonesia tetap menjadi kekuatan yang mempersatukan, bukan memecah belah, bangsa ini.

Representasi Kepentingan Nasional atau Kelompok?

Idealnya, pemilihan presiden adalah sarana untuk memilih pemimpin yang mampu menyatukan semua komponen bangsa dan memperjuangkan kepentingan nasional. Namun, tantangannya adalah ketika pemilihan lebih banyak dipengaruhi oleh kepentingan kelompok atau elit politik semata, sehingga mengabaikan aspirasi dari kelompok minoritas atau suara-suara marginal.

Inilah mengapa pentingnya memastikan bahwa wawasan kebangsaan tercermin dalam sistem pemilihan yang inklusif dan memberi ruang bagi semua suara.

Media Sosial

Arena Publik Baru media sosial telah menjadi arena publik baru yang signifikan dalam dinamika pemilihan tahun 2024. Potensinya dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik sangat besar.

Namun, ketidakmampuan untuk memilah informasi yang benar dan salah dapat memicu ketegangan dan kesalahpahaman. Kemajuan teknologi harus diimbangi dengan literasi digital yang mendukung wawasan kebangsaan yang sehat.

Refleksi dan Harapan

Pada akhirnya, pemilihan presiden tahun ini dari perspektif wawasan kebangsaan bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi tentang bagaimana prosesnya dapat memperkuat dasar kebangsaan kita.

Pemilihan harus menjadi wadah yang memfasilitasi dialog konstruktif, mempromosikan toleransi, dan memperkuat identitas nasional yang inklusif. Kritik terhadap pemilihan presiden adalah bagian dari proses demokrasi itu sendiri, menunjukkan bahwa demokrasi adalah perjalanan, bukan tujuan akhir.

Semoga setiap pemilihan presiden (Pilpres) menjadi langkah maju dalam memperkuat wawasan kebangsaan, sebuah proses yang berkelanjutan untuk membangun fondasi bangsa yang lebih kuat, bersatu, dan beragam.

Dalam mengulas pentingnya wawasan kebangsaan dalam pemilihan presiden, perlu untuk merenungkan sejarah dan nilai-nilai yang membentuk identitas nasional sebuah negara. Setiap pemilu presiden adalah kesempatan bagi masyarakat untuk merefleksikan nilai-nilai inti yang menjadi pondasi dari keberadaan bangsa tersebut.

Dengan demikian, analisis yang lebih dalam mengenai bagaimana proses pemilihan tersebut mencerminkan dan memperkuat wawasan kebangsaan menjadi sangat relevan.

Pemilihan umum presiden tidak hanya sekedar tentang pemilihan individu tertentu untuk memimpin negara dalam jangka waktu tertentu. Lebih dari itu, pemilihan presiden adalah sebuah proses yang menentukan arah dan identitas bangsa dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pemilih untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai kebangsaan dalam proses pengambilan keputusan mereka. Ini bukan hanya tentang memilih pemimpin yang dianggap tepat, tetapi juga tentang memilih pemimpin yang mampu memperkuat kesatuan dan keberagaman bangsa.

Dalam menghadapi era globalisasi dan tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat modern, wawasan kebangsaan menjadi semakin penting sebagai pegangan moral dan identitas kolektif.

Pemilihan umum presiden menjadi momentum yang penting untuk menguji sejauh mana bangsa tersebut masih memegang teguh nilai-nilai tersebut, serta sejauh mana bangsa tersebut bersedia untuk terus berkomitmen pada nilai-nilai tersebut di masa depan.

Dengan demikian, wawasan kebangsaan bukan hanya sekadar retorika kosong, tetapi menjadi landasan yang kuat untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menjaga dan memperkuat wawasan kebangsaan tidaklah sedikit.

Dalam konteks pemilihan umum presiden, terutama di tengah dinamika politik yang semakin kompleks dan polarisasi yang semakin meningkat, mempertahankan integritas dan inklusivitas proses demokrasi menjadi sangat penting.

Hal ini memerlukan komitmen dari semua pihak untuk menghormati perbedaan pendapat, mempromosikan dialog yang konstruktif, dan menekankan pentingnya kesatuan dalam keragaman.

Hanya dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa pemilihan umum presiden benar-benar menjadi wahana untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan membangun fondasi yang lebih kokoh untuk masa depan bangsa.

*Penulis adalah mahasiswa Program Studi Manajemen Pemasyarakatan pada kampus Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Editor: Ibrahim Bram A