Pria Asal Dompu Raih Beasiswa S3 Bergengsi di Eropa, Al Fauzi Rahmat Ungkap Pengalamannya

Stipendium Hungaricum Scholarship Program - Al Fauzi Rahmat
Al Fauzi Rahmat berlatar kampus Stipendium Hungaricum Scholarship Program di Hungaria Eropa. (Istimewa)

DetikNTBCom – Pemuda kelahiran Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat ini berhasil meraih beasiswa bergengsi bagi mahasiswa internasional untuk melanjutkan studinya di Benua Eropa tepatnya di Jantung Eropa dengan sejuta keindahan yang mampu menggugah semangat selama menuntut ilmu.

Al Fauzi Rahmat (26 tahun) yang biasa dipanggil Alfar atau Fauzi berhasil melalui serangkaian seleksi beasiswa hingga dinyatakan diterima Stipendium Hungaricum Scholarship Program (SH: read) dari pemerintah Hungaria untuk menempuh pendidikan S-3 di salah satu kampus terkenal, yaitu Hungarian University of Agriculture and Life Sciences.

gambar Iklan

Fauzi memilih untuk melanjutkan studi Doktoral di Hungary bukan tanpa alasan, Ia tertantang untuk mencoba mendaftar melalui program beasiswa yang ditawarkan salah satu negara yang tergabung dalam anggota Uni Eropa itu.

Ia menceritakan bahwa sudah satu tahun mengincar beasiswa SH dan mempersiapkan sejumlah dokumen, seperti persiapan bahasa, motivation letter, proposal riset, dan surat penerimaan dari calon pembimbing bagi pelamar S-3.

“Saya sangat tertantang mengirim email ke beberapa calon supervisor dengan rentan waktu yang relatif singkat. Saya sudah banyak mengirimkan email ke beberapa calon supervisor,” katanya seperti siaran pers diterima, Rabu 2 Agustus 2023.

Namun katanya, perjalanaannya itu pun tidak mudah. Banyak mendapatkan penolakan, seperti sang Profesor tidak sedang menerima mahasiswa asing, tidak sedang mengajar di tingkat S-3 pindah homebase, maupun tidak ada balasan email sama sekali.

“Hal inilah yang membuat saya berpikir keras untuk memperoleh surat sakti tersebut. Di sisi lain saya juga mempersiapkan CV, motivation letter, proposal penelitian, dan sertifikat tes kecakapan bahasa Inggris,” katanya.

Beasiswa yang berasal dari salah satu Negara yang masuk wilayah Schangen ini tidak lantas membuat Fauzi merasa kehilangan motivasi, ia mencoba mengirimkan kembali permohonan ke calon supervisor lain hingga memperoleh Letter of Accapetance dari Professornya saat itu.

“Sudah mencoba email ke sejumlah profesor sampai akhirnya ada satu Professor yang tertarik dengan riset yang saya presentasikan dan dia langsung mengirimkan LOA-nya di hari yang sama,” katanya.

Ia mengatakan bahwa sejumlah dokumen telah berhasil diperoleh dan tentunya masih membutuhkan beberapa berkas tambahan lainnya untuk di input pada kolom aplikasi beasiswa, hingga akhirnya semua diserahkan sebelum tenggat waktu dengan sikap optimis.

“Saya mensubmit semua dokumen sekitar satu minggu sebelum deadline, untuk menghindari kejadian server down. Perjuangan untuk mengumpulkan semua itu saya rasa cukup tertantang, memakan waktu yang cukup singkat yang berpacu dengan waktu deadline dari si pemberi beasiswa,” akunya.

Anak kedua dari M. Syaifullah dan Ibu Nuryatin ini memiliki semangat yang tinggi untuk mengejar beasiswa. Ia mengungkapkan, memilih Hungaria sebagai tujuan studi tentunya dengan alasan memiliki pendidikan tinggi yang sangat berkualitas dan didukung dengan fasilitas yang tertata dengan baik. Hal itulah membuatnya semakin termotivasi untuk berkuliah di Hungaria dan berupaya menjebol beasiswa bergengsi tersebut.

“Hungaria menjadi salah satu negara tujuan yang saya tuju untuk mengejar studi S-3, dimana kualitas pendidikan tinggi di sana memiliki kualitas yang baik seperti beberapa kampus di belahan negara Uni Eropa lainnya, apalagi kualitas pengajarnya tidak diragukan lagi,” jelasnya.

Ia mengatakan selang beberapa minggu, pengumuman beasiswa yang di kelola oleh Tempus Public Foundation ini mengirimkan surat penerimaan bagi Fauzi untuk lanjut ke tahapan wawancara. Hal ini lantas membuat dirinya semakin yakin bahwa beasiswa ini bisa ia lewati sampai akhir.

Pihaknya mengatakan bahwa, untuk menghadapi sesi wawancara tentu saja harus mempersiapkan dengan matang dan dapat memprediksi beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan.

“Saya banyak belajar dari sumber internet, mbah google, kemudian saya praktek dengan mencoba tanya-jawab depan cermin sendirian dan saat mengendarai motor, bila dinilai sudah cukup matang waktunya menunggu jadwal tiba,” jelasnya.

Dikatakannya, jika semua persiapan sudah dilakukan maka akan berjalan lancar tanpa hambatan, begitu pula saat sesi wawancara beasiswa dengan kampus yang dilaluinya.

“Ada dua Profesor yang bertanya, Alhamdulillah semuanya dijawab dengan baik dan lancar, kurang lebih 7 sampai 10 menit saat wawancara, padahal waktu yang diberikan sekitar 15 sampai 20 menit untuk setiap pelamar, hal ini tentunya karena persiapan yang matang,” jelasnya.

Pada akhirnya, status kelulusan diumumkan melalui aplikasi SH pada bulan berikutnya. Dengan kelulusannya, ia kemudian memberi tahu semua orang terdekatnya. Setelah pengumuman itu dinyatakan diterima, pihaknya langsung mengabari kedua orang tua, betapa senangnya mereka, sahabat dan kolega terdekat, professor di Hungary dan sejumlah pihak yang dimintai surat rekomendasinya.

Saat ini, Fauzi sedang menunggu dokumen Visa dari Kedubes Hungaria sebagai dokumen penting untuk ke kawasan empat musim itu. Negeri Magyarország adalah sebutan untuk Hungaria sebagai sebuah negara di tengah Cekungan Carpathian. Negara dengan ibu kota Budapest menjadi pijakan Fauzi untuk menimba ilmu tepatnya di daerah Godollo. Hungaria berbatasan dengan Slovakia di utara, Serbia dan Kroasia di selatan, Rumania di timur, dan Austria di barat.

Perjuangan dan pengorbanan Fauzi untuk menimba ilmu di negeri dengan sejumlah bangunan cagar budaya seperti gereja dan istana inilah yang akan ia habiskan beberapa tahun ke depan. (Red)