Detikntbcom – Relawan Iqbal-Dinda mebekali pelatihan keterampilan puluhan teman tuli (tunarungu) di Posko pemenangan Iqbal-Dinda, Senin 30 September 2024 kemarin.
Mereka membuat sampah plastik menjadi bernilai ekonomis. Seperti menjadi tali, lukisan, home dekor, tas hiasan dan produk lainnya.
Istri Lalu Muhamad Iqbal yaitu Sinta Agathis mengakui para peserta sangat bersemangat mengikuti pelatihan tersebut.
Dia berharap, melalui pelatihan itu akan lahir pelaku usaha yang mandiri dan profesional. Hasil-hasil produknya laku luas ke luar daerah hingga ke luar negeri.
Menurutnya, ini salah satu upaya Iqbal-Dinda dalam mengakomodir semua pihak. Ini sesuai dengan keinginan pasangan tersebut, yaitu tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal di NTB termasuk juga dari dari kalangan difabel.
Untuk mengakomodir semua pihak, maka perlu ada peningkatan skill. Karena itulah, ini akan menjadi program prioritas jika paslon nomor urut 3 itu terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTB.
“Itu terbuka untuk siapapun, dan ini akan berdampak besar terhadap peningkatan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Sebab, banyak masyarakat yang mandiri secara ekonomi. Setidaknya punya tambahan penghasilan. “Iqbal-Dinda sudah memulai. Peserta kita batasi. Harapannya, peserta yang ikut hari ini menjadi pioner bagi teman-temannya,” kata Sinta..
Dalam visi-misi Iqbal-Dinda, ada istilah NTB inklusif. Ini menjadi wadah memperkuat pondasi pembangunan sistem perlindungan sosial, dengan mengedepankan kesetaraan dan keadilan yang proporsional . Juga memastikan NTB menjadi rumah bersama untuk semuanya sehingga terwujud kohesi sosial yang kuat antara lapisan dan kelompok masyarakat.
Pelatihan itu didampingi Ida Tirta Nasution. Ida sudah lama bergelut di Zero Waste. Produk pengolahan sampahnya sudah tembus pangsa pasar luar negeri. “Saya akan terus mendampingi mereka, hingga produknya menghasilkan branding,” katanya.
Dia berkomitmen untuk berbagi ilmu kepada difabel di Provinsi NTB. Kata dia, pengolahan sampah plastik tidak sulit, asalkan mau belajar. “Kami akan tampung karya-karya mereka, asalkan dari plastik bekas. Kalau plastik baru, kami tidak mau terima,” ujarnya.
Ida menyampaikan hal ini karena beberapa peserta didiknya sengaja membeli plastik baru yang diolah. Inilah yang tidak diinginkannya, karena pada prinsipnya skil ini mengusung bahan bekas. “Kalau plastik baru pasti kelihatan, saya sudah tahu,” tutupnya.
Pendamping Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu (GERKATIN) Nurussobah menyambut baik pelatihan kepada teman tuli perempuan itu. Yang membanggakan, mereka tidak hanya dilatih, tetapi produk mereka sudah ada yang siap membeli. “Kami tahu adik-adik ini lemah secara ekonomi sehingga kami sangat menyambut baik,” katanya.
Nurussobah menyakini, jika program ini berlanjut, maka teman tuli di NTB akan lebih berdaya. Dia juga memastikan, pihaknya akan terus berkarya juga mendapat fasilitas maksimal. “Kita bersyukur kalau diberdayakan dan diberikan ruang,” tutupnya. (Iba/Ist)