Oleh: Ardiansyah*
Detikntbcom – Belakangan publik dikejutkan oleh pernyataan Ketua DPW PPP NTB, Muzihir, yang terang-terangan menyebut akan mengganti Sekwil PPP NTB, Muhammad Akri, hanya karena dianggap tidak konsisten mendukung Mardiono.
Lebih jauh, Wakil Ketua DPRD NTB itu bahkan menggunakan diksi ekstrem: “dibinasakan.” Ironisnya, ancaman PAW pun diselipkan sebagai senjata bagi kader yang tak tunduk.
Pertanyaan mendasar pun muncul: apakah PPP masih partai modern yang menjunjung demokrasi, ataukah telah terjebak menjadi organisasi feodal yang menuntut loyalitas buta?
Kader Bukan Musuh, Melainkan Aset
Kader seperti Muhammad Akri yang berani bersikap berbeda bukanlah pengkhianat, melainkan bukti masih adanya ruang demokrasi dalam tubuh partai. Menghukum kader kritis dengan ancaman PAW hanyalah cermin ketidakdewasaan berpolitik.
Jika setiap perbedaan pandangan dianggap dosa politik, maka PPP justru sedang berjalan mundur, kembali ke zaman ketika partai hanya menjadi alat segelintir elit. Padahal, UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik secara tegas mengatur bahwa mekanisme internal partai harus dijalankan secara demokratis.
Ancaman PAW kepada kader bukan saja bisa dipersoalkan secara hukum, tetapi juga mencederai etika politik, bahkan mempermalukan partai di hadapan publik.
Soliditas Semu, Demokrasi Mati
Soliditas memang penting, tetapi soliditas yang dibangun lewat intimidasi hanyalah topeng belaka. Itu bukan kekompakan, melainkan kepatuhan semu yang mudah pecah.
Teori Katz & Mair (1995) menegaskan bahwa partai politik yang sehat tumbuh dari keberanian menerima kritik internal, bukan dari penghapusan suara berbeda. Ketika ancaman PAW dijadikan alat, maka yang hancur bukan hanya kader, melainkan marwah partai itu sendiri.
PPP perlu ingat, membinasakan kader sama saja dengan membinasakan masa depan partai.
Kembali ke Khitah
PPP lahir sebagai rumah besar umat Islam, menjunjung musyawarah, persaudaraan, dan keterbukaan. Jika kepemimpinan bergeser menjadi arogansi, rakyat wajar bertanya: untuk siapa sebenarnya partai ini berdiri?
Soliditas sejati hanya bisa lahir dari penghargaan pada kader, bukan dari ancaman dan rasa takut. Kader bukan boneka yang bisa dikendalikan dengan PAW. Mereka adalah aset dan tanpa mereka, PPP hanya tinggal nama tanpa roh.
*Penulis adalah Direktur Nasional Politik (NasPol) NTB
Editor: Ibrahim Bram Abdollah