Kebakaran Hutan di NTB, ini Kata FPKB

MATARAM – LF | Areal Gunung Rinjani di Lombok dan Gunung Tambora di Dompu dan Bima Nusa Tenggara Barat mengalami kebarakan sejak Sabtu, 19 Oktober 2019.
Kawasan hutan Pelawangan Senaru di Gunung Rinjani terbakar sejak Sabtu malam. Hingga kini titik panas masih terpantau di lokasi tersebut.
Bahkan, warga di area Gunung Rinjani dapat melihat jelas api yang membakar kawasan tersebut pada malam hari.
Hal yang sama juga terjadi di kawasan Gunung Tambora. Sekitar 300 hektar lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PT Sukses Mantap Sejagtera (SMS) yang terletak di Doroncanga areal Taman Nasional Tambora, Desa Soritatanga Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu terbakar sejak sore kemarin.
Kebakaran di area Pelawangan Senaru Gunung Rinjani diperkirakan seluas 2.557 hektare.
Api terus membesar akibat NTB memasuki puncak musim kemarau. Kondisi ini diperparah dengan tiupan angin yang cukup kencang.
Kepala Pelaksana Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Dwi Pangestu, mengatakan petugas gabungan berusaha mencegah api masuk ke jalur pendakian Senaru.
Sebanyak 75 pendaki yang seluruhnya wisatawan asing telah turun dari Gunung Rinjani. Mereka sebelumnya naik melalui jalur Senaru. Sementara 61 lainnya yang melalui jalur lainnya masih berada di gunung.
“Tanggal 19 Oktober sebanyak 75 pendaki naik melalui jalur Senaru. Hari itu langsung turun sebanyak 72 orang. Sisa tiga orang hari ini telah turun,” kata Dwi Pangestu, Minggu, 20 Oktober 2019 dilansir dari KoranNTB.com.
Akhdianysah Sekretaris Fraksi PKB NTB menanggapi peristiwa tersebut mengatakan, para stakeholder segera mengambil langkah yang tepat.
” Kita prihatin,, semoga cepat teratasi secepatnya,, kedepan kita berharap semua Stakeholder inti termasuk OPD terkait segera memirkirkan pemadaman secepatnya, agar tidak banyak kerugian dan tidak berdampak pada korban materil” ungkapnya via pesan WhatsApp. Senin, (21/10).
Pria kelahiran Dompu ini mengatakan epek yang ditimbulkan jika tidak diambil langkah cepat bisa menimbulkan terganggunya aktivitas ekonomi sosial,
“Dampak yg kita lihat, korban langsung terganggunya aktivitas ekonomi sosial akibat kebakaran, bisa juga muncul masalah kesehatan dampak asap  serta dampak lainnya akan semakin parah kalau tidak diambil langkah langkah secepatnya.” terangnya.
ia juga mengatakan, epek kebakaran hutan bisa menyebabkan punahnya flora dan fauna yang ada di lokasi tersebut, “Ingat kebakaran hutan berdampak pada rusaknya ekosistem dan punahnya flora dan fauna yg tumbuh dan berkembang dihutan , disisi lain berdampak pada munculnya ispa (kesehatan yg tetganggu) dan jarak pandang sekitar lokasi kebakaran,, Hal ini berdampak langsung pada laju aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat sekitar”. jelasnya
ia juga mengatakan, edukasi kepadanya masyarakat untuk menjaga hutan perlu dilakukan untuk keberlangsungan hidup manusia, “Disisi lain masyarakat juga harus diberi edukasi agar ikut merawat hutan bagi kehidupan masa datang” tutup pria yang akrab di panggil Guru To’i.

www.lombokfokus.com

Kebakaran Hutan di NTB, ini Kata FPKB

MATARAM – LF | Areal Gunung Rinjani di Lombok dan Gunung Tambora di Dompu dan Bima Nusa Tenggara Barat mengalami kebarakan sejak Sabtu, 19 Oktober 2019.
Kawasan hutan Pelawangan Senaru di Gunung Rinjani terbakar sejak Sabtu malam. Hingga kini titik panas masih terpantau di lokasi tersebut.
Bahkan, warga di area Gunung Rinjani dapat melihat jelas api yang membakar kawasan tersebut pada malam hari.
Hal yang sama juga terjadi di kawasan Gunung Tambora. Sekitar 300 hektar lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PT Sukses Mantap Sejagtera (SMS) yang terletak di Doroncanga areal Taman Nasional Tambora, Desa Soritatanga Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu terbakar sejak sore kemarin.
Kebakaran di area Pelawangan Senaru Gunung Rinjani diperkirakan seluas 2.557 hektare.
Api terus membesar akibat NTB memasuki puncak musim kemarau. Kondisi ini diperparah dengan tiupan angin yang cukup kencang.
Kepala Pelaksana Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Dwi Pangestu, mengatakan petugas gabungan berusaha mencegah api masuk ke jalur pendakian Senaru.
Sebanyak 75 pendaki yang seluruhnya wisatawan asing telah turun dari Gunung Rinjani. Mereka sebelumnya naik melalui jalur Senaru. Sementara 61 lainnya yang melalui jalur lainnya masih berada di gunung.
“Tanggal 19 Oktober sebanyak 75 pendaki naik melalui jalur Senaru. Hari itu langsung turun sebanyak 72 orang. Sisa tiga orang hari ini telah turun,” kata Dwi Pangestu, Minggu, 20 Oktober 2019 dilansir dari KoranNTB.com.
Akhdianysah Sekretaris Fraksi PKB NTB menanggapi peristiwa tersebut mengatakan, para stakeholder segera mengambil langkah yang tepat.
” Kita prihatin,, semoga cepat teratasi secepatnya,, kedepan kita berharap semua Stakeholder inti termasuk OPD terkait segera memirkirkan pemadaman secepatnya, agar tidak banyak kerugian dan tidak berdampak pada korban materil” ungkapnya via pesan WhatsApp. Senin, (21/10).
Pria kelahiran Dompu ini mengatakan epek yang ditimbulkan jika tidak diambil langkah cepat bisa menimbulkan terganggunya aktivitas ekonomi sosial,
“Dampak yg kita lihat, korban langsung terganggunya aktivitas ekonomi sosial akibat kebakaran, bisa juga muncul masalah kesehatan dampak asap  serta dampak lainnya akan semakin parah kalau tidak diambil langkah langkah secepatnya.” terangnya.
ia juga mengatakan, epek kebakaran hutan bisa menyebabkan punahnya flora dan fauna yang ada di lokasi tersebut, “Ingat kebakaran hutan berdampak pada rusaknya ekosistem dan punahnya flora dan fauna yg tumbuh dan berkembang dihutan , disisi lain berdampak pada munculnya ispa (kesehatan yg tetganggu) dan jarak pandang sekitar lokasi kebakaran,, Hal ini berdampak langsung pada laju aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat sekitar”. jelasnya
ia juga mengatakan, edukasi kepadanya masyarakat untuk menjaga hutan perlu dilakukan untuk keberlangsungan hidup manusia, “Disisi lain masyarakat juga harus diberi edukasi agar ikut merawat hutan bagi kehidupan masa datang” tutup pria yang akrab di panggil Guru To’i.

www.lombokfokus.com