Cerita Furkan Sangiang, Berhasil Raih Doktor di UNJ Nyambi Jualan Sapi Qurban

Koordinator Asosiasi Petani Sapi Bima Jabodetabek Furkan Sangiang sedang menjaga sapi qurban milik para peternak yang tergabung dalam peternak kandang Berkah Bersama kawasan Grand Depok City (GDC), Pancoran Mas, Kota Depok.

DetikNTBCom – Bercita-cita ingin jadi orang berguna bagi banyak orang, Furkan Sangiang bertekad melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar doktor (S3) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Fakultas Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Di usianya baru meranjak 34 tahun kelahiran Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), Furkan semenjak lulus sekolah SMA di kampung, sudah merantau ke lombok dan Jakarta untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi.

gambar Iklan

Dari semangatnya itu, Furkan terpilih menjadi Wasekjen PB HMI di Jakarta Pusat tahun 2019. Setelah itu juga dipilih menjadi Sekretaris Badan Musyawarah Masyarakat Bima (BMMB) Kota Depok, yaitu organisasi yang menaungi seluruh warga Bima yang ada di Kota Depok.

“Terpilihnya saya di dalam kepengurusan BMMB Kota Depok, selain saya berasal dari Bima sebagai putra daerah dipercayakan untuk menjadi sekretaris yang beranggotakan sebanyak 7 – 8 ribu jiwa orang Bima yang ada di Kota Depok,” ujar Furkan saat merawat sapi di kandang Berkah Bersama kawasan Grand Depok City (GDC), Pancoran Mas, Kota Depok, Senin 29 Mei 2023.

Bapak dua anak kembar laki-laki dari istri Raf’ah (32) ini alasan ikut berdagang sapi asal Bima NTB adalah usaha tahunan untuk dapat membantu menopang ekonomi keluarga sekaligus untuk membantu membiayaai kuliah S3.

“Mulai masuk kuliah S3 di tahun 2020 bertepatan dengan pandemi Covid-19 ditambah kena PHK dari pekerjaan setelah itu sempat kesulitan ekonomi bahkan kuliah sempat mau cuti,” katanya.

Furkan yang hobi membaca dan berdiskusi ini untuk dapat mengatasi krisis ekonomi dalam keluarganya juga sempat berjualan madu Bima, warung sembako namun usaha yang baru dijalankan beberapa bulan tersebut tidak bertahan lama.

“Alhamdullilah akhirnya saat ini dipercayakan oleh para petani peternak sapi di Bima diangkat menjadi pengelola manager pemasaran Kandang Berkah Bersama setiap tahun saat Idul Adha untuk memasarkan sapi-sapi asal Bima buat qurban,” ungkapnya.

Mulai menjalankan tanggung jawab menjual sapi qurban asal NTB, Furkan awal menjalankan bisnis sapi tahun 2020 mulai pengiriman pertama sebanyak 40 ekor, di tahun 2021 nambah menjadi 60 ekor, dan 2022 karena ada penyakit PMK hanya dikirim 30 ekor, dan saat ini 2023 bertambah banyak menjadi 110 ekor sapi.

“Jenis sapi yang dikirim asli Bima diambil dari para petani lokal. Ada juga jenis sapi limosin yang dijual,” tuturnya.

Sebagai calon doktor Furkan bekerja di kandang sapi tidak merasa malu. Pasalnya menurut Furkan mau belajar dan proses kerjaan bukan terlihat keadaan seperti dilihatnya nyaman.

“Sebagai putra daerah kelahiran Bima, ingin sekali menolong para petani lokal untuk dapat menambah perekonomian melalui berjualan sapi kurban. Selain itu ini juga sesuai jurusan yang diambilnya,” tambahnya.

Sementara itu kendala yang ditemukan saat berjualan sapi, lanjut Furkan terkadang suka terjadi salah komunikasi. Sapi yang dijual mulai dari harga terendah Rp 15 juta dan tertinggi mencapai Rp 40 juta.

Dalam melakukan pembagian waktu kuliah dengan dagang sapi kurban, Furkan mengakui sudah diatur waktu sedemikian dengan menyelesaikan tugas kuliah di kandang.

“Allhamdulilah proses kuliah sudah selesai tinggal promosi doktor dan wisuda, kemarin pas sapi-sapi dua hari masuk kandang bertepatan saya ujian tertutup dan Allhamdulillah lulus. Saya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkulihan membawa laptop di kandang. Sambil sesekali belajar juga mengawasi kandang sekaligus mengontrol sapi-sapi supaya sehat dan gemuk dengan menjaga pola makan yang dikasihkan oleh para petani,” paparnya.

Furkan berharap dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Juga bagi pemerintah provinsi NTB Pusat dan Jabodetabek dapat ikut andil dalam membantu mempromosikan sapi Bima untuk dipasarkan.

“Terkadang untuk fasilitas armada juga masih terbatas dalam pengangkutan sapi dari asal daerah. Akibat dari permasalahan ini tidak sedikit sapi-sapi yang dipotong di jalan karena lamanya kapal pengangkut dari penyebrangan menunggu sampai berhari-hari,” pungkasnya. (Red)