Detikntbcom – Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya Lombok mendominasi ladang-ladang sawit yang ada di Malaysia. Para pekerja ini banyak diminati oleh perusahaan sawit karena ketekunan dan keuletan dalam bekerja.
Senior Manager Ladang Tuan Mee SG Buloh Selangor, Kuala Lumpur Kepong Berhard, Chin Yink Loon kepada wartawan mengatakan bahwa Ladang Tuan Mee, Kilang Kelapa Sawit, telah lama bekerjasama atau mempekerjakan para pekerja dari Lombok.
Hal ini tidak lepas dari budaya dan kerajinan serta kesanggupan dalam bekerja berat termasuk sanggup dalam menyesuaikan di perusahaan.
“Kita suka dengan pekerja dari Lombok. Dan dengan kerelaan hati kita akan jaga dan berikan perhatian kepada para pekerja ini sebab pekerja dari Lombok sanggup mengorbankan diri untuk mencari nafkah,” ujarnya, Senin 9 Desember 2024.
Chin Yink Loon juga menyebutkan bahwa perusahaan juga memberikan jaminan upah atau pendapatan terjamin sehingga kedua belah pihak memperoleh manfaat baik itu perusahaan dan pekerja. Pendapat yang diperoleh para pekerja ini, minimal sekitar 2 ribu ringgit perbulan dan maksimal hingga 4 sampai 5 ribu ringgit.
“Bagi yang rajin bisa mendapat pendapatan sampai 5 ribu ringgit. Bahkan ada beberapa yang mendapat sekitar 6-7 ribu ringgit,” jelasnya. Pihak perusahaan juga tak hentinya mengingatkan para pekerja agar tidak berbuat yang kurang bermanfaat seperti judi online (judol).
Lantaran para pekerja ini sudah dianggap seperti keluarga. Perusahaan tidak membedakan asal pekerja ini baik Indonesia, India, Banglades dan pekerja lokal. Pekerja terus diingatkan agar tidak berprilaku buruk seperti judi, cara hidup yang kurang baik. Jika telah diingatkan dan kembali berbuat maka diingatkan kembali agar berubah.
“Kalau sampai satu tahap tidak bisa berubah, kita masih beri kesempatan apakah masih mau bekerja disini atau memberikan tindakan sesuai dengan yang dilakukan sebab kita tidak menginginkan itu terjadi (judi),” ungkapnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB I Gede Putu Aryadi pada kesempatan itu menambahkan, kehadirannya di perusahaan ini di Malaysia, untuk memastikan warga NTB yang saat ini bekerja di Malaysia, benar-benar mendapatkan perlindungan yang nyata.
“Kalau disini di Kepong Berhard ini sudah dijelaskan tadi bahwa konsep-konsep perlindungan itu jelas. Ada perumahan yang gratis, ada akses air minum dan ada kaitan dengan bagaimana komunikasi serta interaksi manajemen,” katanya saat membersamai Forum Wartawan Parlemen NTB di Ladang Tuan Mee SG Buloh Selangor, Kuala Lumpur Kepong Berhard.
“Mungkin mirip kami di Disnaker, kalau dulu Disnaker itu enggak mau turun ke perusahaan kalau sekarang ini kita lebih banyak berkolaborasi, menyelami apa yang menjadi harapan, kebutuhan sehingga perusahaan dan pekerja nyaman. Inikan penting komunikasi sebenarnya,” sambungnya.
Ia mengatakan, kesediaan dan kerelaan untuk mendengarkan keluh kesah para pekerja menjadi kunci bagi kenyamanan dalam bekerja. Terlebih setiap manusia mempunyai masalah. Sehingga dalam mensiasati persoalan ini, pihak manajemen Kepong Berhard menerapkan interaksi dan komunikasi.
“Ini bagus dan kita harapkan nanti ditempat lain (perusahaan), keluhan-keluhan yang selama ini disampaikan oleh pekerja yang pulang dari Malaysia itu step by step bisa kita reduksi, kita carikan solusinya sehingga kedepannya makin sedikit orang yang berangkat ilegal,” ucapnya.
Berangkat secara ilegal atau unprosedural, karena tidak ada kecocokan antara manajamen dengan pekerja. Persyaratannya berat dan ditempat kerja mendapat tekanan. Namun di Ladang Tuan Mee SG Buloh Selangor, Kuala Lumpur Kepong Berhard, tidak demikian, tapi pekerjanya diselami.
Jika ada persoalan yang mendera pekerja maka pihak Kepong Berhard mencarikan solusi bahkan jika sakit dan berkaitan dengan psikologi, banyak masalah maka secepatnya ditangani pihak manajemen. “Ada tiga isu utama yakni, judol, miras serta narkoba. Nah disini para pekerja diedukasi agar jangan sampai hasil dia bekerja, habis untuk judi online,” ujarnya.
“Nah, ini juga kita ingatkan agar pekerja jangan ikut gitu. Kan tadi juga kita sudah ketemu dengan semeton dari Lombok semua. Mereka menyampaikan keluh kesahnya dan kita juga ingatkan itu. Bekerja kesini itu (Malaysia) untuk mencari berkah, jangan aneh-aneh. Ikuti aturan yang ada,” imbuhnya.
Di Kebun Tuan Mee Estate ini terdapat 2013 hektare lahan perkebunan yang diisi oleh 96 persen batang sawit yang berbuah. Total jumlah pekerja di sini sebanyak 202 orang, di mana sebanyak 43 persennya adalah pekerja dari Indonesia, 38 dari Bangladesh, 17 India dan hanya 5 persen orang Malaysia. Dari jumlah ini sebanyak 86 orang perkerja dari Lombok. (Iba)